1.Perbedaan cerpen dengan novel
No | Unsur | Novel | Cerpen |
1. | Alur | Kompleks | Sederhana |
2. | Konflik | Mengubah nasib tokoh | Tidak mengubah nasib tokoh |
3. | Panjang cerita | Menceritakan sebagian besar kehidupan tokoh | Menceritakan kehidupan tokoh yang dianggap penting |
4. | Penokohan | Karakter tokoh disampaikan secara mendetail. | Karakter tokoh tidak mendetail. |
2.Unsur Intrinsik dan cerpen dan novel
A.Tema:
· Tema mayor
· Tema minor
B.Amanat:
C.Alur/Plot:
· Kronlogis
· Flashback
· Maju
· Mundur
· Klimaks
· Antiklimaks
D.Penokohan:
· Tokoh utama
· Tokoh tambahan
· Antagonis
E.Setting/latar:
· Tempat
· Waktu
· Suasana
F.Perwatakan:
· Sifat
· Cara Pelukisan
G.Point of view:
· Orang pertama
· Orang ketiga
· Teknik campuran
H.Suspense dan Foreshadowing
I.Limited focus
J.Bahasa:
· Bahasa nasional
· Bahasa daerah
· Dialek asing
· Makna denotasi
· Makna konotasi
· Makna ambiguitas
K.Gaya bahasa dan majas
3.Ciri-ciri sastra klasik:
Bersifat onomatope/anonim, yaitu nama pengarang tidak dicantumkan dalam karya sastra.
- Merupakan milik bersama masyarakat.
- Timbul karena adat dan kepercayaan masyarakat
- Bersifat istana sentris, maksudnya ceritanya berkisar pada lingkungan istana
- Disebarkan secara lisan
- Banyak bahasa klise, yaitu bahasa yang bentuknya tetap
4.Contoh judul sastra klasik:
A.Merari Siregar
· Azab dan Sengsara (1920)
· Binasa kerna Gadis Priangan (1931)
· Siti Nurbaya (1922)
· La Hami (1924)
· Anak dan Kemenakan (1956)
· Tanah Air (1922)
· Indonesia, Tumpah Darahku (1928)
· Ken Arok dan Ken Dedes (1934)
· Cinta yang Membawa Maut (1926)
· Salah Pilih (1928)
· Karena Mentua (1932)
· Tuba Dibalas dengan Susu (1933)
· Hulubalang Raja (1934)
· Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)
· Tak Disangka (1923)
· Sengsara Membawa Nikmat (1928)
· Tak Membalas Guna (1932)
· Memutuskan Pertalian (1932)
· Darah Muda (1927)
· Asmara Jaya (1928)
· Pertemuan (1927)
· Salah Asuhan (1928)
· Pertemuan Djodoh (1933)
· Menebus Dosa (1932)
· Si Cebol Rindukan Bulan (1934)
· Sampaikan Salamku Kepadanya (1935)
5.Relevansi karya sastra klasik dengan kehidupan kekinian:
Sangat relevan sekali karena karya sastra klasik juga memiliki nilai-nilai yang juga masih relevan dengan kehidupan kekinian,namun saja pengemasan dalam bentuk ceritanya berbeda. Walaupun dikemas dengan bentuk yang berbeda namun konteksnya tetap sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar